1. Akhlak perilaku terpuji
Dalam suatu hadits Nawwas bin Si’am
tentang orang baik adalah orang yang baik akhlaknya.
عن
النواس بن سمعان الانصاري قال سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن البر والاثم
فقال البر حسن الخلق والاثم ماحاك في صدرك وكرهت أن يطلع عليه الناس (رواه مسلم)
“Dari
Nawwas bin Sam’an RA menceritakan bahwa ia pernah menanyakan kepada Rasulullah
SAW mengenai apa yang dinamakan “bai” dan “dosa”. Lalu beliau menjawab yang
dinamakan baik adalah akhlak yang baik, dan yang dinamakan dosa adalah apa yang
tergores didalam hatimu dan kamu benci jika sampai diketahui manusia (orang
lain)” (HR Muslim).
2. Hadits
Ibn Mas’ud tentang kejujuran membawa kebaikan.
عن عبد الله ابن مسعود قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الصدق بر وإن البر يهدي
إلى الجنة وإن العبد ليتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقا وإن الكذب فجور وإن
الفجور يهدي إلى النار وإن العبد ليتحري الكذب حتى يكتب كذابا (أخرجه مسلم في كتب
البر والصلة والاداب)
Dari Ibn Mas’ud RA, berkata: “ Rasulullah
bersabda: ”sesungguhnya kejujuran itu akan menuntun kepada kebaikan,
sesungguhnya kebaikan itu menuntun ke surga, dan sesungguhnya orang yang
senantiasa berlaku jujur akan dicatat disisi Allah sebagai orang yang jujur.
Sesungguhnya dusta itu akan menuntun kepada keburukan, sesungguhnya keburukan
itu akan menuntun kepada neraka, dan sesungguhnya orang yang senantiasaberdusta
akan dicatat disisi Allah sebagai pendusta”.(HR. Muttafaqun alaih).
3. Hadits Abu
Hurairah tentang buruk sangka.
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه
وسلم قال إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث ولاتحسسوا ولاتجسسوا ولاتحاسدوا
ولاتدابروا ولاتباغضوا وكونوا عباد الله إخوانا (أخرجه البخاري في كتاب الادب)
“ Dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda waspadalah sangkaan, karena sangkaan
adalah sedusta-dusta pembicaraan. Janganlah meneliti (aib orang lain),
janganlah membuntuti (cela orang lain), janganlah saling berdengki, janganlah
saling membenci, janganlah saling membelakangi dan jadilah hamba-hamba Allah
saling bersaudara”.
Hikmah dan Manfaat orang
yang berakhlak terpuji :
[1]. Menerima berita-berita dari Allah (Al Qur'an) dengan
membenarkannya.
[2]. Menerima hukum-hukum Allah dengan cara mengamalkannya.
[3]. Menerima takdir Allah dengan sabar dan ridha.
[2]. Menerima hukum-hukum Allah dengan cara mengamalkannya.
[3]. Menerima takdir Allah dengan sabar dan ridha.
Di istana Firaun, Masyithah tinggal dengan keluarganya
yang juga merupakan pelayan-pelayan Firaun. Mereka terdiri dari suami dan dua
orang anaknya. Masyithah adalah penata rambut bagi istri-istri Firaun serta
putri-putrinya. Tidak ada seorang pun dalam istana yang mengetahui bahwa mereka
sekeluarga beriman kepada Allah dan Nabi Musa as., kecuali Asiah, istri Firaun.
Mereka berdua adalah dua orang yang menjadi pengikut setia Nabi Musa as.
Pada suatu hari, Masyithah sedang menata rambut
seorang putri Firaun, seperti biasa yang dilakukan sehari-hari. Namun, pada
hari itu, dengan kehendak Allah, sisir yang sedang dipegang Masyithah tiba-tiba
jatuh ke lantai, sehingga secara refleks Masyithah mengucapkan, “Dengan nama
Allah, celakalah Firaun.” Ucapan tersebut meluncur begitu saja dari mulut
Masyithah.
Sang putri menjadi heran sekali. Kemudian sang putri
berkata, “Mengapa engkau menyebut nama Tuhan selain nama ayahku? Apakah engkau
mempunyai Tuhan lain selain ayahku?” Dengan terang-terangan, tanpa
mnyembunyikan keimanannya sekali pun Masyithah menjawab, “Ya benar. Aku
mempunyai Tuhan selain ayahmu.”
Mendengar jawaban Masyithah ini sang putri terkejut.
Sebab di negeri Mesir (saat itu) tidak ada seorang pun yang berani menentang
kekuasaan ayahnya. Tetapi ini kok ada seorang pelayan dari kelas rendah justru
melaknati ayahnya. Kemudian putri Firaun itu pun berkata, “Kejadian ini akan
aku laporkan kepada ayahku.”
Di depan Firaun, Masyithah dan keluarga tetap tegar
dan tidak memiliki rasa takut sedikit pun di hadapan penguasa lalim tersebut.
Kebenaran akan tetap dikatakan, apapun yang terjadi.
Firaun bertanya, “Wahai Masyithah, apakah engkau
mempunyai Tuhan lain selain aku?” Masyithah menjawab, “Benar, aku mempunyai
Tuhan selain engkau. Tuhanku adalah Tuhanmu juga. Dialah Allah yang menciptakan
dan menguasai jagad raya ini.”
Setelah segala macam bujuk rayu yang diusahakan Firaun
mengalami kegagalan, maka Firaun pun menjadi gusar dan akhirnya memutuskan
untuk memberikan hukuman kepada keluarga itu.
Melihat keteguhan hati Masyithah ini, Firaun lalu
menggunakan akal liciknya. Firaun mengancam keluarga beriman itu dengan merebus
mereka hidup-hidup di dalam satu wadah yang besar. Namun ternyata kekuatan iman
keluarga mulia itu sangat kuat hingga tidak mampu dirobohkan oleh ancaman
seperti apapun juga. Bahkan dengan tegas Masyithah berbalik menentang Firaun
dengan berkata, “Jika engkau benar-benar akan membunuh kami karena tidak mau
mengakui dirimu sebagai Tuhan, maka kuburkanlah kami dalam satu lubang!”
Mendengar hal tersebut, Firaun merasa terhina bukan
main. Mau mengancam agar menakut-nakuti Masyithah dan keluarganya, justru
mereka malah meminta dikuburkan bersama. Bagi Firaun yang sombong, hal ini
merupakan pelecehan dan penghinaan besar. Seolah-olah kekejaman Firaun tidak
dianggap apa-apa oleh mereka.
Lantas Firaun pun berkata, “Baiklah jika itu memang
permintaanmu, aku akan mengabulkannya!” Kemudian Firaun memanggil pelayan dan
para algojonya untuk menyiapkan sebuah tungku yang sangat besar. Sebuah wadah
yang berukuran raksasa didatangkan beserta kayu bakar yang banyak.
Tidak jauh dari tempat tersebut, Masyithah dan
keluarganya mencoba untuk tetap tenang. Anaknya yang masih balita yang masih
berada dalam gendongannya tampak diam tanpa merengek, tidak merasakan hawa
panas dari nyala api yang besar itu. Sungguh besar kuasa Allah. Laa haula wa
laa quwwata illaa billaah.
Orang pertama yang mendapat giliran untuk direbus
hidup-hidup adalah Hizqil suami Masyithah yang memegang teguh keimanan ini
benar-benar telah syahid seiring dengan dilemparkan dirinya ke dalam air
mendidih itu.
Firaun menawar sekali lagi, agar Masyithah mau
mengakui dirinya sebagai Tuhan. Jika menerima, maka anak-anaknya akan selamat.
Tetapi jika menolak, maka anak-anaknya akan bernasib sama seperti ayahnya.
Tetapi Masyithah tetap tegar dan gigih memegang keimanan.
Firaun pun segera memerintahkan untuk menyeret anak
pertama Masyithah agar dimasukkan ke dalam air mendidih tersebut. Anak tersebut
akhirnya diseret oleh algojo-algojo Firaun, dan dilemparkan ke dalam air
mendidih itu bersatu dengan jasad ayahnya yang sudah syahid. Inna lillaahi wa
inna ilaihi raa jii’uun.
Kemudian Firaun pun menawar sekali lagi agar Masyithah
meninggalkan keimananya dan berali mengakui Firaun sebagai Tuhan. Tetapi tidak.
Sekali-kali tidak. Kekuatan iman Masyithah melebihi kuatnya benteng dan istana
Firaun. Ia akan tetap merelakan anaknya yang masih balita, itu untuk bersatu
dengan ayahnya dan kakaknya dalam didihan air yang sangat panas.
Tiba-tiba sebuah keajaiban terjadi. Sungguh besar
kuasa Allah. Bayi Masyithah yang masih balita itu kemudian berkata kepada
ibunya, “Wahai ibu, jatuhkanlah diriku bersamamu ke dalam air mendidih itu,
sesungguhnya engkau di pihak yang benar.”
Mendengar hal tersebut, akhirnya Masyithah bertambah
yakin akan keimanannya. Hatinya menjadi tentram dan semakin yakin untuk bertemu
dengan Tuhannya, Tuhan yang sesungguhnya.
Akhirnya, dengan tenang hati, Masyithah pun secara
sukarela mendekati api unggun besar itu, dan masuk ke dalam air mendidih itu
bersama putra bungsunya yang masih kecil. Inna lillahi wa inna ilaihi
raajii’uun.
1. Fir’aun
Siapa yang tidak kenal Fir’aun. Seorang raja terkuat
dan terbesar kekuasaannya di Mesir pada era Nabi Musa dan Nabi Harun. Dia
adalah raja diktator, kejam, dan sangat takabbur, hingga mengatasnamakan
dirinya sebagai Tuhan yang Paling Tinggi. Artinya disamping raja, dia juga
mengaku sebagai Tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya berikut
perintah-perintahnya. Oleh karena itu, jika ada rakyat yang tidak patuh
terhadap Fir’aun, maka akan diberi hukuman yang sadis dan bahkan bisa
menghabisi nyawa rakyat yang dianggap menentangnya.
Suatu saat Fir’aun bermimpi, seorang juru ramal
memperingatkan kepada sang raja untuk waspada terhadap kerajaannya karena dalam
mimpi tersebut menjelaskan bahwa dalam waktu dekat akan lahir bayi dari rakyat
biasa dan lemah yang kelak akan menumbangkan kekuasaan Fir’aun. Seketika itu
pula, Fir’aun merasa panik setelah mendengar perkataan juru ramal tersebut dan
mengumpulkan para pasukannya untuk mengadakan operasi mendadak kepada para ibu
yang telah melahirkan anak. Jika bayi yang dilahirkan perempuan, maka
dibiarkan. Sebaliknya, jika bayi yang dilahirkan laki-laki akan dikumpulkan
menjadi satu dan di bawa ke istana kerajaan. Sejumlah bayi yang masih suci
tersebut lalu disembelih satu persatu dengan sangat sadis, sehingga darah segar
para bayi itu mengalir deras ke laut merah.
Fir’aun membantai bayi laki-laki tak berdosa tersebut
bukan karena tidak sayang pada bayi, juga bukan karena faktor kesalahan si
bayi, namun karena takut kehilangan jabatan dan kedudukan empuk yang amat
dicintainya. Walaupun, tidak semua bayi tersebut kelak akan menjadi musuh bagi
sang raja, namun tetap dibunuh secara massal agar tidak ada satu pun bayi yang
bisa menggeser kedudukannya.
Tapi, apapun usaha Fir’aun untuk mempertahankan
kekuasaannya, tetap saja akhirnya dia tumbang dengan cara mengenaskan. Dia
bersama bala tentara yang sangat dibanggakannya tenggelam di laut merah (laut
yang pernah dia jadikan tempat pembantaian bayi-bayi suci).
0 komentar:
Post a Comment