CINTA TANAH AIR DAN BANGSA
(Oleh: Ramadhana Kurnia)
Hilangnya rasa cinta tanah air yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
memang telah memudar. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya kasus korupsi,
buang sampah sembarangan, penebangan pohon secara liar, dan banyaknya
pembajakan terhadap produk-produk tertentu hingga kasus bom yang baru-baru saja
terjadi.
Sementara banyak orang yang berspekulasi tentang penyebab kejadian
pengeboman tersebut, sebenarnya yang menjadi akar permasalahannya adalah
kurangnya atau punahnya rasa cinta tanah air.Kita sebut saja jika mereka memang
mempunyai rasa cinta tanah air, maka mereka tidak akan melakukan aksi pemboman
di negeri sendiri.Tidak ada keuntungan dari aksi pemboman ini, tragedi ini
hanya mengakibatkan citra Indonesia semakin buruk di mata dunia,yang berakibat
banyak negara yang melarang warganya untuk mengunjungi Indonesia, sehingga
devisa negara berkurang,yang mengakibatkan berkurangnya pemasukan kas negara.
Berkurangnya pemasukan kas negara mengakibatkan kondisi perekonomian
semakin kacau,akan semakin banyak gelandangan di Indonesia,dan rakyat miskin
akan semakin bertambah. Dan pada akhirnya rakyat juga-lah yang menjadi korban
akhir dari dampak pemboman ini.Mereka yang membom mereka juga yang akan
merasakan akibatnya.
Jika saja mereka memang memiliki rasa cinta tanah air yang besar, sudah
pasti mereka tidak akan melakukan pemboman di negeri sendiri, dan tidak juga
melakukan pemboman di negeri lain.Hilangnya jati diri bangsa,kurangnya
kepedulian terhadap sesama,kurangnya rasa cinta tanah air lah yang meyebabkan
hal ini dapat terjadi.Cinta tanah air,berarti mencintai Indonesia apa adanya,
kita adalah satu keluarga besar yang terdiri dari berbagai macam kebudayaan
masing-masing, cintailah itu, banggalah menjadi sebuah bangsa yang memiliki
kebudayaan yang unik dan cintailah negrimu.Apapun dan bagaimanapun ini adalah
negeri kita Indonesia tempat kita bernapas, tempat kita berlindung maka dari
itu cintailah Indonesiamu.
Bisa dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dilahirkan
oleh generasi yang mempunyai idealisme cinta tanah air & bangsa, kalau
tidak, mungkin saat ini kita bangsa Indoneia masih dijajah oleh Belanda yang
luas negaranya dibandingkan pulau Bali saja masih luasan pulau Bali. Kita harus
sangat terimakasih kepada para tokoh yang mencentuskan pembentukan organisasi
Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, para pencetus Sumpah Pemuda pada tanggal
28 Oktober 1928, dan para tokoh yang memungkinkan terjadinya proklamasi 17
Agustus 1945. Saya sangat yakin mereka adalah contoh paling pas untuk dijadikan
tokoh-tokoh nasionalis tulen yang cintanya pada tanah air dan bangsa melebihi
cintanya pada diri sendiri yang kita harus hormati sepanjang masa.
Bagaimana dengan saat ini, masih adakah
diantara kita yang mencintai tanah air dan bangsa melebihi cintanya pada diri
sendiri? Atau pertanyaan ini pertanyaan yang cukup bodoh untuk diajukan? Siapa
yang masih perlu mecintai tanah air dan bangsa Indonesia? Yang penting asal
kita bisa hidup cukup sandang, pangan dan papan sudah cukup, kalau ada
kelebihan sedikit untuk bisa jalan-jalan ke mall, makan enak di café, atau
pergi karaokean kan sudah cukup, untuk apa mikirin cinta tanah air dan bangsa!
Bahkan kalau mungkin bisa punya rumah yang megah, mobil mewah, dan
menyekolahkan anak keluar negeri, setiap tahun bisa liburan kemana kita mau
pergi kan sudah lebih dari cukup! Tapi masih ada juga dari bangsa kita yang
bergulat dengan kemiskinan untuk makan saja susah dan tinggal di rumah yang
lebih mirip kandang dari pada disebut rumah, dan jumlahnya juga tidak sedikit
bisa mencapai 50 juta jiwa bangsa Indonesia, apakah masih ada perlunya
mencintai tanah air dan bangsa?.
Apakah masih relevan kita mencintai
tanah air dan bangsa pada zaman globalisasi ini? Bukankah tanah air dan bangsa
ini sudah nggak jelas batas-batasnya dengan adanya era globalisasi? Ada
internet yang menghubungakan setiap orang untuk bisa berhubungan satu sama lain
setiap saat keseluruh dunia. Belum lagi adanya Hand Phone atau kalau diluar
negeri lebih dikenal dengan nama Mobile Phone, yang juga kita bisa berhubungan
dengan siapapun ke hampir seluruh pelosok dunia. Kalau secara fisik mau bertemu
ada yang namanya penerbangan murah yang siap menerbangkan kita kemana saja
dengan harga yang murah (bagi yang terjangkau). Kenapa kita mau membatasi hanya
tanah air dan bangsa Indonesia saja.
Kita juga bisa bertanya apakah bangsa
Amerika, bangsa Jepang, bangsa China, bangsa Singapore (walupun kecil mereka
marah kalau tidak disebut Singaporean), bangsa Malaysia, bangsa Korea
masing-masing tidak lagi mencintai tanah air dan bangsa mereka sendiri-sendiri
toh secara bersama-sama telah menjadi warga dunia. Saya tidak tahu jawabnya,
kalau ketemu mereka kita bisa bertanya apakah mereka masih bangga menjadi
bangsa mereka sendiri sebagai suatu indikasi bahwa mereka mencintai tanah air
dan bangsanya atau lebih bangga menjadi warga dunia? Kita juga bisa bertanya
pada diri kita sendiri kita lebih bangga menjadi bangsa Indonesia atau lebih
bangga menjadi warga dunia atau mungkin lebih bangga jadi bangsa lain?
Belajar dari bangsa Korea
Saya berkesempatan mengunjungi Seoul,
ibukota negara Korea Selatan, dua kali pada tahun 1982 dan 1987.Ada yang
konsisten yang tetap dilakukan oleh oleh mereka dalam periode dua kali kunjungan
tersebut, yang mungkin masih dilakukan mereka sampai saat ini, yaitu
penghormatan mereka terhadap lagu dan bendera kebangsaan mereka. Setiap hari
dua kali, pagi hari menaikkan bendera dan sore hari menurunkan bendera, setiap
kegiatan (kecuali kendaraan yang melaju dijalan) berhenti dan setiap orang
berdiri untuk menghormati penaikan bendera dan penurunan bendera. Walaupun
mereka sedang jalan, mereka berhenti, walaupun mereka sedang makan, mereka
berhenti dan berdiri, walaupun sedang sekolah, sedang meeting, mereka berhenti
dan berdiri. Ini jelas refleksi penghormatan pada lagu kebangsaan dan bendera
kebangsaan sebagai simbolisasi kecintaan bangsa Korea pada tanah air dan
bangsanya.
Pada waktu dulu saya belum tahu, saya
kira bangsa Korea adalah termasuk bangsa Cina. Karena orangnya dan tulisannya
mirip etnik Cina atau Jepang Pada waktu saya ke Korea, saya tanya pada mereka
bukannya mereka dulunya bagian dari Cina atau Jepang, ternyata mereka marah
besar, bangsa Korea adalah bangsa Korea bukan bangsa Cina dan bukan bangsa
Jepang. Saya baru tahu belakangan bahwa sejarah Korea mempunyai komplikasi
konflik sepanjang sejarah dengan bangsa Cina dan Jepang secara bergantian. Kita
jadi juga mengerti betapa negara dan bangsa Korea yang secara geografis adalah
semenanjung diantara dua bangsa besar dikiri dan kanannya yaitu Cina dan Jepang
mencoba untuk eksis sebagai bangsa. Justru mulai timbul kekaguman saya pada
bangsa Korea yang akhir-akhir ini telah memanfaatkan media yang sangat
berpengaruh yaitu TV untuk berbicara kepada dunia siapa sebetulnya bangsa
Korea.
Ternyata melalui media TV dengan
membuat film seri bertema sejarah yang dibuat dengan biaya yang luar biasa
besar dengan kwalitas suara dan gambar HDTV (High Difinition TV), dengan aktor
dan aktris yang hebat yang membuat kita yang menonton dibuat kagum dengan
bangsa Korea dan memaksa kita mempelajari sejarah bangsa Korea. Bahkan generasi
muda Korea juga dibuat tergugah dengan film seri ini ini ter-refleksi pada
forum internet seperti “www.soompi.com” yang membahas dan mengikuti
perkembangan dan membahas dengan atusias film seri TV tersebut.
Film seri yang saya maksud adalah film
seri TV berjudul Jumong yang berdurasi putar 60 menit setiap episode dengan
total tayang 82 episode. Film seri TV ini juga sudah diputar di Taiwan,
Filipina, Thailand, Singapore, Malaysia, USA, Kanada, dan Eropa. Sungguh
mengherankan kenapa TV di Indonesia tidak tetarik menayangkannya? Kalau kita
punya broadband, sebetulnya bisa menikmati TV seri ini secara langsung lewat TV
internet, sayangnya internet broadband masih sangat mahal di Indonesia, atau
bisa juga menikmati sampai sekarang dengan VOD (Video On Demand). Jadi melalui
TV Korea yang menyiarkan levat TV Internet, dinegara manapun kalau ada
sambungan internet broadband bisa juga langsung menikmatinya. Untungnya di
Jakarta ada DVD bajakan yang dijual bebas di mall-mall, jadi dengan biaya
relatif murah dan kwalitas yang cukup bagus bisa menikmasi film seri ini dari
awal sampai akhir, sambil mengikuti diskusi di forum website “www.soompi.com”.
Melalui film ini, saya baru tahu bahwa
pada abad menjelang Masehi, Korea adalah kerajaan besar dengan nama Goguryeo
yang mengalahkan Dinasti Han dari Cina dan menguasai area seluruh jasirah Korea
sampai dengan sebagai besar Manchuria saat ini. Film seri ini memceritakan
perjuangan Jumong pendiri negara Goguryeo, membentuk Dinasti yang berumur
sampai 600 tahun yang akhirnya dikalahkan oleh Dinasti Tang dari China yang
mendapat bantuan dari negara kecil di Korea bagian selatan, Silla.
Mungkin motivasi produsennya adalah
sepenuhnya komersial, dan secara komersial memang fim seri Jumong sangat unggul
dibandingkan dengan flim seri serupa buatan China, Hongkong, atau Taiwan. Tapi
kenapa bisa menimbulkan gelombang kebanggaan pada masyarakat Korea, pasti ada
unsur idealis semacam propaganda yang seolah-olah Korea ingin mengatakan pada
dunia, ini adalah Korea yang sebenarnya yang telah pernah mengalami masa
kejayaannya, tidak kalah besar dengan bangsa Cina atau Jepang. Saya melihatnya
justru bangsa Korea ingin menunjukan identitas nasional mereka, kecintaan
mereka sebagai bangsa Korea, yang memang saat ini sudah sangat maju dari sisi
tehnologi, dan mencoba membangkitkan kembali dengan memanfaatkan tehnologi yang
ada kebanggaan mereka sebagai bangsa Korea yang kuat dan besar. Menurut saya
melalui film TV seri ini cukup berhasil. Ada selentingan bahwa film TV seri ini
dilarang diputar di Cina, karena ada komplikasi versi sejarah Cina berkenaan
dengan area kekuasaan Goguryeo yang saat ini merupakan bagian dari Cina.
Film TV seri Jumong ini berhasil
mencapai rating berkisar antara 40% s/d 60% tergantung eposidenya, yang suatu
rekor di masyarakat Korea itu sendiri untuk film seri bertemakan sejarah.
Kemudian film TV seri ini secara overlap diikuti dengan film seri Dae Joyoung
yang total episodenya mencampai 134 dengan tayang 60 menit setiap episode. Film
seri ini menceritakan kejatuhan kerajaan Goguryeo pada abad ke 6, dibawah
kepemimpinan Jendral Yeon Gaesomun berhasil berkali-kali mengalahkan serangan
Dinasti Tang yang dipimpin langsung oleh kaisarnya, Kaisar Li Shi Min, dan baru
bisa dikalahkan setelah Li Shi Min meningal digantikan oleh anaknya dengan
bantuan negara kecil Korea bagian Selatan, Silla. Kemudian salah satu panglima
perangnya Dae Joyoung melanjutkan Dinasti Goguryeo dengan mendirikan kerajaan
Balhae di area Manchuria saat ini. Walaupun tidak sehebat TV Seri Jumong, Dae
Joyoung juga cukup mendapatkan perhatian di masyarakat Korea. Ternyata melalui
media film TV seri, Korea bisa membangkitkan cinta tanah air dan bangsa.
Sejarah sebagai inspirasi cinta tanah
air dan bangsa
Pada hakekatnya cinta tanah air dan
bangsa adalah kebanggaan menjadi salah satu bagian dari tanah air dan bangsanya
yang berujung ingin berbuat sesuatu yang mengharumkan nama tanah air dan
bangsa. Pada keadaan yang amburadul saat ini apa yang bisa dibanggakan dari
negara dan bangsa Indonesia? Generasi “founding fathers” pada masa penjajahan
berhasil membangkitkan rasa cinta tanah air dan bangsa yang pada akhirnya
berhasil memerdekakan bangsa Indonesia. Kalau saja rasa cinta tanah air dan
bangsa sekali lagi bisa menjadi faktor yang memotivasi bangsa Indonesia, ada
kemungkinan bangsa Indonesia akan bisa bangkit kembali dengan masyarakatnya
bisa menghasilkan karya-karya yang membanggakan kita sebagai bangsa.
Bangsa Korea yang selalu memotivasi
dirinya dengan menghormati bendera dan lagu kebangsaannya, selalu memotivasi
bangsanya untuk mencintai tanah air dan bangsanya. Walaupun dengan prestasi
yang produk elektonik dan automotif-nya yang mampu ikut meramaikan pasaran
dunia, Koreapun masih menggali inspirasi sejarah untuk diceritakan pada dunia
bahwa bangsa Korea adalah bangsa yang besar dan hebat.
Bung Karno dulu juga sering
menceritakan kebesaran kerajaan Majapahit untuk memotivasi bangsa Indonesia
bahwa kita dulu adalah negara yang besar, dengan kekuatan armada lautnya bisa
menguasai seluruh Nusantara, termasuk Singapore, Malaysia, Madagaskar, bahkan
juga selatan Taiwan. Bahkan menurut sejarah dulu Singapore itu namanya Temasek,
dan yang memberi nama ini adalah patih Gajahmada, oleh Raffles entah kenapa
diganti jadi Singapore.
Kadang-kadang saya membayangkan kalau
kisah kejayaan Gajahmada/Majapahit dibuat film TV seri dengan kwalitas seperti
film TV Seri Korea, pasti bisa menumbuhkan kembali, kecintaan kita pada tanah
air dan bangsa Indonesia. Pernah pada suatu saat ada bisnis meeting yang
dihadiri oleh delegasi seluruh Asia Tenggara, pada waktu makan malam saya
cerita pada mereka bahwa dulu di Indonesia pada abad ke 13 pernah ada kerajaan
Majapahit yang menguasai Singapore, Malaysia, bahkan sampai ke Madagastar dan
selatan Taiwan, mereka memandang bengong ke saya, seolah-olah saya orang yang
baru mimpi atau orang gila barangkali dan mereka tidak ada yang percaya. Pasti
mereka punya versi sejarah masing-masing yang berbeda dengan versi kita atau
mungkin tidak pernah diceritakan perihal kerajaan Majapahit abad ke 13 ini.
Oleh karena itu Korea perlu menceritakan sejarah versinya (yang sudah pasti
beda dengan versi Cina dan versi Jepang) kepada dunia melalui media yang
mendunia, tentang kebesaran bangsa Korea masa lalu.
Sungguh disayangkan, kualitas film TV
seri kita tidak bisa membuat saya tergerak untuk menonton satupun, kalau
sekelibat lihat di TV, tehniknya sangat primitif, akting aktor dan aktrisnya
amburadul, apa bisa membuat pemirsa seluruh dunia mau menonton? Kalau ada insan
film dan produsen kaya nasionalis yang membaca artikel ini, anggap saja ini
satu tantangan untuk membuat film TV seri Gajahmada / Majapahit dengan kwalitas
seperti film TV seri Korea, Jumong atau Dae Joyoung yang bisa diputar mendunia
(kalau diputar mendunia pasti menguntungkan juga akhirnya).
Walaupun bagaimana, Indonesia ini
adalah tanah air dan bangsa kita sendiri yang kita wajib untuk mencintainya
dengan segala kekurangannya. Sungguh sayang apabila warisan NKRI yang sudah
diwariskan kepada kita dengan banyak pengorbanan darah dan airmata dari para
“founding fathers” ini tidak kita cintai untuk dijadikan Negara dan Bangsa yang
maju dengan masyarakatnya yang adil, makmur dan sejahtera seperti halnya
negara-negara maju lainya seperti USA, Jepang, Singapore, dll Semoga pada suatu
saat ada pemimpin setaraf Bung Karno dalam hal membangkitkan kecintaan kita
pada tanah air dan bangsa, sehingga seluruh komponen bangsa dengan
sungguh-sungguh mau bekerja demi kejayaan Indonesia (bukan dengan sukaria
merampok Indonesia, atau membantu para perampok yang hidup mewah di
Singapore/Hongkong). Sehingga harapan dari WS Rendra seperti yang dikatakan
pada pengukuhannya mendapat gelar Doctor HC, jaman Kalabendu (jaman malapetaka)
saat ini segera akan digantikan dengan jaman Kalasuba (jaman sukaria) tidak
usah menunggu kedatangan Ratu Adil.
0 komentar:
Post a Comment